Kau menegurku lembut malam minggu kemarin, sama seperti malam-malam sebelumnya. Tapi entah mengapa, aku cukup heran dengan teguranmu kemarin malam. Kau bertanya seolah-olah kau tak mengenaliku. "Apakah kau pencari malam itu?" tanyamu. Belum sempat aku menjawab kau pun bertanya lagi "Atau hanya bayang beku, sebuah siluet di malam ini??" Ah.. pakai pura-pura bertanya kau ini, pikirku dalam hati. "Iya akulah pencari malam, nikmati sajalah... " jawabku enteng bermaksud agar kau tidak bertanya-tanya yang tidak jelas lagi.
Di taman belakang rumahmu, malam itu aku sengaja datang untuk bertemu denganmu, sebelum akhirnya kita sama-sama berbincang dengan malam. "Kamu tidak bermalam minggu??" tanyaku kala itu. "Ini lagi bermalam mingguan dengan si malam" jawabmu singkat sambil menatap malam. "Sepertinya bukan malam minggu saja kau suka berdua dengannya." kataku dengan nada cemburu sambil melirik malam. "Kau kan juga suka bermalam senin, selasa, rabu, kamis, jumat hingga sabtu dengan malam." lanjutku sambil sibuk mengingat-ingat nama hari. "Hihihii.. iya" katamu menyengir, memamerkan sederetan gigi-gigi putihmu. Rapih. "Tapi, mungkin malam lebih berkesan kalo aku tinggal kalian berdua ngobrol." katamu tiba-tiba. "Mungkin... Biar aku dan malam bisa lebih akrab dan hangat." prediksiku asal. Kaupun lalu berdiri dari tempat dudukmu. "Tapi aku dan malam tidak hangat karena secangkir expresso loh.." sindirku nakal. Hahaha.. hai kamu sadar tidak sih? kalimat barusan itu memang sengaja aku lontarkan untuk menyindirmu yang kemarin dengan enaknya berhangat-hangat ria dengan secangkir kopi expresso, sementara aku hampir mati kedinginan ditempatku. Huh, sebal!
"Akan kutinggal malam sejenak saja, dan aku biarkan kalian bicara. Aku akan menanti di beranda dan tidak hangat karena secangkir expresso." lanjutmu lagi. "Ah jangan... Aku jangan kau tinggal. Kan kita bisa sama2 bercengkrama bertiga dengan malam, pasti seru. Setuju tidak?" kataku buru-buru sambil melihat pada malam bermaksud agar malam menyetujui usulku juga.
"Tidak, biar kutinggal sebentar saja, aku melihat dari beranda. nanti jika sudah selesai baru kita bertiga berbicara tentang masa dan jarum jam yang mengutuknya lalu kita mulai menangis dalam sujud kita." jelasmu panjang lebar.
"Kamu yakin tak apa?"
"Yakin"
"Oke, aku rasa aku setuju.. Aku juga sebenarnya ingin bercerita dengan malam. Suatu rahasia."
"Ya katakan padanya tentang rahasia... jika kelak aku harus tau, tulislah dalam sebuah memo, selipkan di antara sajadahku dan kurepetisi doa untukmu dalam sujudku."
"Pasti.. Kalau dada ini sudah tak sanggup lagi menahan rahasia ini, dan malam tak mampu lagi menyembunyikan buncahan rahasia ceritaku. Aku pasti akan bercerita lewat memo itu. Buat kamu, hanya untuk kamu. Biar kita bertiga saja yang tau. Dan kamu menemani malam mengetahui rahasiaku."
"Ya ... suatu saat nanti. Aku malam dan dirimu."
"Ya sudah sana.. Kenapa masih berdiri disitu." usirku pelan
"iya aku masuk."
Kaupun melangkah menuju ke dalam rumah meninggalkanku berdua dengan malam. Aku menatapi punggungmu yang menjauh. Ada sebuah perasaan aneh menggelayut di dada. Entah apa. "Kamu jangan mengintip!" ujarku. Mendengar kata-kataku kaupun berhenti melangkah dan menoleh kearahku sambil tersenyum "iya tidaklah."
"Tapi jangan jauh juga. Aku benci perasaan jauh." kataku memohon. Iya, aku memang benci sekali perasaan jauh, benci terhadap rasa kesepian. Ya mungkin karena hampir setiap hari kita bersama dan aku merasa dekat, jadi aku khawatir apabila tiba-tiba semua menjauh.
"Tidak. Kecuali mati." katamu berusaha menenangkan. Ah jawaban yang singkat tapi jelas. "Iya aku paham." kataku sambil tersenyum.
++++++++
Udara terasa semakin dingin. Kulihat kau keluar dari beranda dan menghampiriku yang sedang duduk terdiam. Aku memang tidak lagi berbicara dengan malam. "Aku sudah selesai. Untuk malam ini cukup. Tapi aku masih ingin bertemunya esok lagi." kataku berusah menjelaskan mengapa aku tidak lagi mengoceh dengan malam. Aku benar-benar sudah bercerita panjang lebar tentang rahasiaku kepada malam barusan. Sungguh berjuta kata disertai derasnya air mata tertumpah dalam percakapanku tadi. Malam mendengarkan dengan baik sambil tersenyum. Senyumnya amat terasa lembut membelai punggungku. Aku tau, malam berusaha menenangkan perasaanku sepanjang menit kita bersama. Ah, semoga kau tadi tidak mengintipku dan malam dari beranda batinku dalam hati. "Oke aku tunggu. Sudah ya hati-hati dijalan. Ada dua malaikat ikut menjagamu." katamu menyuruhku pulang. "Loh kamu tak mau duduk disini dulu?" tanyaku sambil menepuk-nepuk permadani rumput yang sudah sejak tadi melekat erat ditubuhku. Enak saja langsung mengusirku, Aku kan masih ingin bersama kau dan malam, kataku dalam hati. "Hihihi mau..." ujarmu malu-malu sambil menggaruk-garukkan kepala. "Ada sajadahmu terbentang tak jauh dari sajadahku." kataku sambil menunjuk ke arah kain bergambarkan masjid kecil yang terhampar tak jauh dari tempatku. "Oke aku duduk" katamu sambil melepas sendal, lalu melipat kaki, berusaha duduk dengan nyaman. Aku, kau dan malam lalu benar-benar duduk bedekatan di atas sajadah masing-masing. Ditemani dinginnya semilir angin tenggara dan suara jangkrik yang bersahut-sahutan dari balik ilalang. Ah, nyaman sekali rasanya. Aku suka sekali suasana seperti ini. Udara yang dingin tapi terasa hangat di dalam dada. Entah pelukan siapa yang mencengkeram hangat di dalam dadaku. Kau atau malam?
"Apa isi pembicaraan kalian tadi? Ceritakan kepadaku dong." katamu memecah keheningan. "Ih kamu. Itukan ceritaku dengan malam. Itu rahasiaku." elakku manja. Mendengar jawabku kaupun segera meralat "O iya aku kalap. Maaf ya..."
"Itu rahasiaku. Ya 'kan malam?" kataku sambil mengedip-ngedipkan mata bulatku ke arah malam. Malam hanya tersenyum simpul melihat ulahku. "Kamu tunggu saja waktunya nanti. Saat aku dan malam yang akan membisikkan rahasiaku langsung padamu." jelasku lagi.
"Hehehe... iya aku tunggu sampai senja berbilang di umurku."
"Tunggu saja.. Jangan takut, senja itu hangat dan indah. Jadi kamu tidak akan kesepian sambil menungguku bercerita."
"Jangan lupa ya... hihiihi..." pintamu sambil tersipu.
"Iya aku akan mencatat dibuku agendaku. Bersebelahan dengan catatan nilai hafalan surat pendekku. Maksudnya, biar setiap hari aku bisa melihatnya." jawabku meyakini.
"Iyah hihihi..." katamu lagi berusaha menutupi pipi yang memerah.
"Eh.. Kamu dari tadi belum menyapa malam. Sapa dulu dong! Kamu ini malah memandangku terus sejak tadi. Huuuu.." protesku sambil melempar kerikil kecil kearahmu. "Adaaaww." jeritmu pura-pura kesakitan. Aku menyeringai lebar melihat dirimu yang sedang berakting kesakitan seperti baru saja kulempar benda seukuran batu kali. Huh dasar hiperbola pikirku dalam hati. "Hahaha ini aku sedang menyapa lewat senyum." bantahmu sambil mengerlingkan senyum ke arah malam.
"Ah aku liat! Aku liat senyummu barusan." kataku cepat-cepat. "Ah kamu curang. Curaaaang. Senyummu untuk malam lebih manis. Senyum untukku tadi tidak semanis yang barusan kau berikan kepada malam. Senyum untuk malam lebih manis. Kenapa?" protesku dengan nada sebal seraya memanglingkan wajahku ke arah lain.
"Apanya yang kenapa?" tanyamu buru-buru
"Kenapa lebih manis?" tanyaku merengek bak anak kecil.
"Begitu juga saat malam melihat senyumku kepadamu, dia juga akan berkata senyumku untukmu lebih manis." katamu merajuk.
"Hmm.. Begitu ya? hihihi..." Aku menyengir malu. Kenapa aku terkesan cemburu terhadap malam begini ya. "Iya aku tau. Pasti kamu berusaha untuk tersenyum dengan manis, tidak untuk malam saja, tapi untukku juga." lanjutku lagi.
"Iya karena hanya itu yang kupunya."
"Ah tak apa... Menyenangkan koq mendapat senyummu!" kataku sambil tersenyum kepadamu. "Hmm... Kamu sudah makan tadi?" tanyaku lagi.
"Sudah tadi siang, makan ayam panggang. Kamu?"
"Aku makan 3 kali sehari. Ini lihat pipiku.. Tidak tirus hehehe..." kataku sambil menggelembungkan pipi tembemku.
"Hahaha... olahraga sana sama malam, biar langsing." katamu sambil tertawa terbahak-bahak melihat ulahku.
"Ah tadi kan sudah. Besok saja lagi. Aku olahraga deh besok-besok. Jangan kaget kalo aku langsing yaa.." kataku mengejek.
"Hehehe... asiiiiik."
"Hehehe.. Bo'ong dink Aku pasti lamaaaaa langsingnya." kataku meralat. Aku sangat tau kebiasanku, suka makan dan mengemil. Dari hobiku ini tentu susah sekali membuat tubuh yang semakin membulat ini untuk cepat langsing.
"Kalau langsing nanti aku ajak ke Palestina. Jadi tenaga medis disana. Lari-larian antara Sabra dan Shatilla." katamu berjanji. Sungguh menawarkan sebuah kenikmatan tak berperi.
"Haaaa? Serius?" kataku mendelik setengah tak percaya.
"Iya."
Aku sontak berdiri. "Ah aku mauuuuu.... Aku semangat melangsingkan diri kalo begitu." kataku sambil berjungkrak-jingkrak seperti khayalanku yang langsung menari-nari berloncatan dikepalaku. Wahh.. betapa hadiah yang sangat indah apabila aku berhasil melangsingkan tubuh yang mulai menambun ini. Bayangkan saja, aku akan ke Palestina!! Berjuang bersama saudara-saudaraku disana!! Ah betapa ingin..
"Iya tapi langsingkan dulu ya, nanti kita baru kesana hehehe..."katamu membuyarkan khayalanku. Ugghh... untuk sebuah hadiah memang butuh perjuangan dan pengorbanan. Dan itu cukup berat menurutku.
"Hmm.. Okeh.." kataku mengiyakan perjanjian kecil antara kau dan aku. Aku kembali duduk lalu menengadahkan kedua tanganku, memanjatkan doa seperti anak kecil "Semoga menjadi langsing itu cepat ya ALLAH.."
"AMIN YA RABBAL ALAMIN" katamu keras-keras. Aku menyengir. Malu. Do'aku seperti anak kecil pasti pikirmu.
"Ehm... malam koq dari tadi diem aja ya?" tanyaku sambil menengok kearah malam.
"Dia lagi masak kata-kata untuk kita." jawabmu berusaha menjelaskan. Malam hanya tersenyum, dia hanya mengangguk-angguk tanda setuju.
"Lama tidak kira-kira?" tanyaku penasaran.
"Hmm ndak tau ya, dia datang secepat kamu pinta."
"Emangnya kata-kata yang dimasaknya banyak?"
"Sedikit tapi cukup."
"Ah aku suka. Pasti malam yang sangat sederhana."
"Iya sangat."
"Aku suka yang sederhana."
"iya sama kita... hihihihi." uajarmu sambil tertawa lirih.
"Seperti malam ini, antara aku, kamu dan malam yang sederhana." kataku sambil tersenyum. Tersenyum manis menatapmu dan malam.
"Hmmm... Kamu tidak capek?" tanyaku mencari tau.
"Tidak!" katamu tegas. "Belum lagi habis tangis di Palestina, derita papa di Irak dan bumi yang terbelah di Indonesia. Saat ini aku cuma bisa beri kontribusi kecil, jadi tidak apa-apa kalau aku capek sedikit. Makanya aku sangat perlu pendamping perjuangan." Ah kalimat terakhirmu itu. Aku tau, itulah yang sangat kau harapkan. Seperti cerita-ceritamu di malam-malam kemarin yang mengatakan betapa hidupmu akan terasa ringan apabila ada seseorang yang menemanimu saat kau sedang gigih berjuang, yang mampu mengingatkanmu saat kau alfa, yang mampu menjadi sandaran kepalamu saat kau letih, iya.. aku tau semua harapmu.
"Hmm.. Lagian 'kan aku dan malam bisa menemanimu saat kau ingin istirahat sebentar. Seperti saat ini." kataku berusaha mengobati rasa hausmu akan seorang pendamping perjuangan. Bersabar ya... sesungguhnya dalam kesabaran terhadap kelapangan jiwa yang sejati, doaku dalam hati.
"Iya, Seperti malam ini." gumammu pelan.
"Iya, kita sedang santai bertiga dengan malam. Kamu merasakan santai 'kan?" tanyaku meyakini. Kaupun segera menganggu-anggukkan kepala tanda setuju "Iya."
"Hmm... bagaimana kalau kamu yang sekarang bercerita."
"Tentang?"
"Bagaimana harimu tadi sebelum bertemu denganku dan malam?"
"Aku tadi jumpa dengan teman, cuma kasih file saja, dia sama pacarnya, cantik jelita."
"Secantik jingga tidak?"
"hahaha... lebih cantik jingga dengan kerudung putihnya."
"Atau secantik aku dan malam?" selidikku nakal.
"Cinta itu bukan karena kecantikan dan ketampanan, Bilal tidak tampan... tapi dia dicintai oleh yang Maha Indah." jawabmu. Mengingatkanku pada cerita tentang Bilal, pemuda yang tidak tampan lagi hitam namun amat dicintai Allah karena keistiqomahannya dalam Islam.
Aku tersenyum mendengar penjelasannya. Ah betapa piciknya pikiranku barusan.
"Aku ngantuk..." kataku sambil mengucek-ngucek mata bulatku.
"Hihihi... kamu tidur saja." katamu sambil tertawa kecil melihatku yang baru saja menguap.
"Kamu?"
"Aku masih nunggu jam 1 dulu."
"Menunggu apa?"
"Hanya ingin memastikan kalau kamu dan malam baik-baik saja." Apa yang perlu dipastikan pikirku dalam hati. Aku dan malam tentu akan baik-baik saja. Ah tapi aku sudah cukup lelah untuk berpikir lagi, atau setidaknya melarangmu untuk tidak tidur larut, karena aku ingin aku dan kau sama-sama terbangun untuk kembali bertemu dengan malam di sepertiga waktu terakhir nanti.
"Oke... Aku pulang dulu ya. Kamu berdua saja sama malam." Aku berdiri meninggalkan sajadah yang masih terhampar di permadani hijau beratapkan langit.
"Iya. Nanti aku ngobrol sama dia." katamu sambil menatap malam lembut.
"Jangan ngomongin aku loh." candaku lagi.
"Hahaha tidaklah. Kamu hati-hati pulangnya ya. *Barakallahu Fika."
"**Jazakallahu Khoiron Katsiro.. Barakallahu fika. Assalamu alaikum." kataku mengakhiri perjumpaan kau dan aku.
"Wa'alaikumsalam." jawabmu lembut. Akupun berdiri, melangkahkan kaki meninggalkan kau dan malam. Tapi tak lupa tersenyum untuk terakhir kalinya, hanya padamu dan malam.
++++++++
*Barakallahu Fika = Semoga Allah merahmatimu
**Jazakallahu = Semoga Allah membalas dengan kebaikan yang lebih banyak
*** buat seorang teman imajinasi yang menyandang nama "kau", terimakasih atas inspirasinya. Mari kita nikmati hasil kolaborasi indah ini... Oya, jangan lupa sampaikan salam hangatku pada istrimu, sang Malam. Aku rindu padanya... ^^
posted by .n.a.n.a. @ Monday, July 24, 2006,
22 Comments:
-
At Tuesday, July 25, 2006,
said...
-
malam berteman bintang
juga berteman sang bulan
tak ada malam
bulan dan bintang tak pernah nampak
aku sering menatap bulan...
sepertinya kau slalu berjalan...
tak letih kah dirimu bulan?
sedang bintang sesekali kau jatuh...seolah ingin melompat berpindah tempat
inginkah kau mewujudkan impian dan harapan bagi yang sedang menatapmu?
bintang..
bulan..
aku di sini berteman sepi...
-
At Tuesday, July 25, 2006,
Ni'am said...
-
sudah malam
selamat tidur nana
*lihat matahari terik siang bolong seputaran tendean*
-
At Tuesday, July 25, 2006,
Spedaman said...
-
Nana makin canggih aja nih...
coba dibikin episode bersambung
*spy pada penasaran*:p
-
At Tuesday, July 25, 2006,
Diah Alsa said...
-
walaaah...nih imajinasi apa kisah nyata sih mba *selidik nakal, godain mba ;)* xixixixiii
-
At Tuesday, July 25, 2006,
Diah Alsa said...
-
-
At Tuesday, July 25, 2006,
said...
-
enaknya yang punya malam minggu. enaknya yang bisa meliarkan imajinasi...
-
At Tuesday, July 25, 2006,
said...
-
Siapa yang punya nama kau ni..., yg gw kenal juga ada yg namanya Aku..
-
At Tuesday, July 25, 2006,
bugsy said...
-
kau tau
malam ini dan seterusnya
aku berdiri di tempat yang sama
membersihkan lantai-lantai
mahoni itu dari dedaunan
yang dihembus angin
dari beranda mu.
saat kau dan malam
mengadakan perbincangan
saat kau dan malam
berbincang panjang.
lalu kita ulas
nama-nama itu
cheznia,sabra,shatilla
gaza,rafah sampai halmahera
bahkan jingga belahan hatiku
yang sering kau kecup manja.
suatu saat nanti
akan ada api
di rumput yang kau duduki
penghangat dinginmu
dan malam, agar tak membeku
dalam diam heningku.
-
At Wednesday, July 26, 2006,
dewgf said...
-
panjang bgt!!!
-
At Wednesday, July 26, 2006,
said...
-
iyaa panjang banget kayak cerpen
.... Rajin banget nich ngurusin 'rumah' kamu yg satu ini. tetep produktif yaa
-
At Thursday, July 27, 2006,
said...
-
ciwiwiwiwiwiw...
sapa tuh :D
-
At Thursday, July 27, 2006,
said...
-
Kolaborasi yang sempurna..heheh great sist
Unai
-
At Thursday, July 27, 2006,
Awan Diga Aristo said...
-
Wahai...
Mengapa semua nampaknya mengerti...
sementara aku disini
meratapi betapa diri ini tidak sastrawi..
Dan bertanya dalam hati,
Apaan sih yang diceritakan ini??? :p
wahai nana
yang ingin terbang ke angkasa
ini bukan puisi
tapi kebetulan saja berima...
Lalu aku akan pasrah saja
kalau semua orang akan mencela
dan berkata...
DASAR BUKAN PUJANGGA !!!
:p (Pizz na! emang saya ga ngerti yang kaya beginian)
-
At Thursday, July 27, 2006,
said...
-
Assalamu'alaikum wr.wb.
Allooo ... n@2 ?
Leh Ta'aruf ga ?
^_!
-
At Thursday, July 27, 2006,
said...
-
kok teelbang tyuuusss,
kpn mencoknya...
^_!
-
At Thursday, July 27, 2006,
Bang Pei said...
-
Malam Nian Nasib Mu Nak .... :)
hi hi hi hi hi k kkkkk
-
At Friday, July 28, 2006,
said...
-
Bagus benar Na tulisannya aku sampai terkesima ;)
-
At Friday, July 28, 2006,
Rara Vebles said...
-
Na.. terbangmu makin tinggi sahaja.. Ajari aku terbang ya..
-
At Monday, July 31, 2006,
said...
-
aku mo baca dolo ya NA...jujur aja biasanya kalo ga sempet aku print dulu... ntar pasti komment deh ...
-
At Thursday, August 03, 2006,
said...
-
Sungguh...
Ceritera yang sangat indah...akhirnya aku tahu siapa "K.a.u." disitu....
-
At Thursday, February 01, 2007,
said...
-
Where did you find it? Interesting read work van roof racks
-
At Saturday, March 03, 2007,
said...
-
This is very interesting site... roulette tip strategy Antivirais valtrex Battery pack 138184-001
<< Home