Mendadak Tenar

Hehehe.... geuleuh saya juga membaca judul postingan diatas :P bukan bermaksud menyaingi film Mendadak dangdut atau membuat sekuelnya :P tapi ya itulah yang terjadi di kantor belakangan ini.
Setelah merebaknya gosip keinginan saya untuk resign, saya jadi sering mendapat pertanyaan2 dari teman2. Dari alasan kenapa resign? kapan? sampai gosip yang kurang enak didengar. Ya wajar sih, tapi entah... jadi merasa kurang nyaman sedikit, apalagi kadang muncul pertanyaan2 yang sedikit "nakal" dan bikin saya gregetan atau nangis karena sensitifnya bumil :(
Memang, ini semua karena pernikahan saya yang tidak diketahui teman2 kantor alias sembunyi2 (kecuali sahabat2 saya), dan ketika saat ini saya hamil, jalan resign-lah yang memang dari awal sudah "on my schedule" akhirnya harus diambil. Perut saya yang mulai membuncit, disertai pipi yang tambah tembem dan terlihat gendut, membuat saya makin dicurigai oleh temen2 kantor. Sejauh ini sih, masih belum ada yang bertanya secara langsung ke saya apakah saya sudah hamil atau belum, tapi yang saya tau gosip tentang saya yang sudah hamil sedang jadi top of hot news di kantor *halah*
Bingung juga mau gimana, karena alasan diam2 menikahnya juga kan karena kontrak kerja dari kantor yang tidak boleh menikah selama 2 tahun, lalu dengan bismillah saya mampu tancap gas menerobos semua peraturan itu (Thanks Allah for the greatest gift....)
Jalan pertama adalah, just ignore what they'd said... tapi kepikiran juga, takut2 hubungan silaturahmi ke depannya jadi nggak enak.
Atau mau bikin konferensi Pers... hehehe berasa artis bgt yak :P niatnya sih bikin pengakuan gitu sebelum resign kalo ternyata udah merit dari kapan tau, trus sekarang udah bumil, tapi efeknya takut ngerasa banyak pihak yang telah dibohongi (emang iya sih hehehe..., maafkan diriku teman2...)
Ah, bukan mendadak tenar lagi ini, tapi jadi mendadak pusing ini mah...
paling nggak keputusan saya untuk resign sudah disetujui, setelah berjuang melalui Bu Ariyani (bos saya.red) yang terus merayu untuk tetap bertahan kerja sampai akhir tahun, dan beradu argumen dengan bapak kacab yang menganggap keputusan saya itu kurang "cewek masa kini" banget daahh.... Tapi Alhamdulillah surat resignnya akhirnya ditandatangani bapak kepala cabang tercinta sore ini. Dan besok tinggal dikirim ke SDM deh... :)
Semoga semua berjalan lancar, Ya Rabb..



ps : u are the greatest gift from Allah that i ever received, dear...

posted by .n.a.n.a. @ Thursday, February 28, 2008, ,




Antara saya, cumit dan Dokter Bahar

Setelah berhari-hari saya bertahan dari penasaran tentang kepastian kehamilan saya, setelah keegoisan abi dan bundanya yang sok sibuk kerja dan sok sibuk kuliah, akhirnya saya dan suami (berhasil) memeriksakan kondisi kehamilan saya untuk yang pertama kali. Pemeriksaan ini saya lakukan tanggal 8 Februari 2008 kemarin. Sedikit sebel sebenernya karena kenapa sampai hampir 2 minggu setelah saya test lewat testpack, akhirnya saya baru memeriksakannya ke rumah sakit. Kalau ditanya alasannya ya seperti diawal cerita ini, ada saja banyak alasannya dari pulang kerja malam, waktu kuliah suami yang kadang sampai malam, atau yang udah niat berangkat eh tau2 pas sampe di RSB Asih, waktu pemeriksaannya udah abis, kemaleman ternyata... :(
Awalnya kami lebih memilih memeriksakan kehamilan saya di RSB Asih hanya karena lokasinya lebih dekat dari rumah, jadi nanti kalau kapan saja mau periksa, lokasi rumah sakitnya mudah dijangkau. Yah, walopun kami sendiri belum mendapatkan info siapa dokter yang direkomendasikan dirumah sakit tersebut.
Hari berganti hari *hayah jadi keq cerita sinetron begini :P* akhirnya setelah pulang kerja saya menyempatkan diri untuk memeriksakan calon cumit kecil ini di RSB Budi Kemuliaan bersama suami. Kenapa jadi berubah tujuan begini? Itu karena info dokter2 yang direkomendasikan oleh beberapa teman prakteknya paling dekat dari rumah. Ada yang di Bintaro, Rawamangun, Bekasi, Menteng, tapi dipikir-pikir ternyata lebih mudah aksesnya ya di RSB Budi Kemuliaan ini. Selain itu, alasan utamanya adalah karena dokternya adalah perempuan. Tapi apa yang terjadi saat pemerikasaan kemarin... Hohoho ternyata dokter yang perempuan itu *aduh maaf, saya lupa namanya* sedang tidak praktek. Jadi info hari apa saja dokter yang direkomendasikan teman suami saya itu prakteknya ternyata kurang lengkap. Ya tapi gimana, udah sampe di rumah sakit... rasa penasaran saya tentang kehamilan saya ini juga sudah tidak bisa ditahan lagi.. jadilah saya melakukan registrasi.

===di loket registrasi, setelah saya mengisi data di buku pasien baru===

suster : "Ibu dengan Dokter Bahar ya" *tanpa tanda tanya, artinya ini adalah kalimat positif, alias kalimat pernyataan*

saya : "Kenapa harus Dokter Bahar?" *ini pertanyaan pasien baru yang nggak jelas antara sok tau dan pengen tau*

suster : " Ya.. Dokter Bahar aja!" *pake tanda seru, berarti si suter sudah menekan saya*

saya : "Emangnya ada dokter siapa aja sus?" *sekali lagi sok pengen tau*

suster : "Ya sama Dokter Bahar aja!" *bener-bener suster yang nggak nyambung, nanya apa dijawab apa... hehehe..*

saya : "Iya sus.." *mengangguk lemah tak berdaya*


Di ruang tunggu, saya dan suami sedikit membahas kenapa si suster bener-bener menekankan saya harus dengan Dokter Bahar. Saya jadi membayangkan bagaimana rupa beliau? baikkah? cukup friendly dan informatifkah? Sampai2 kami punya rencana kalau kami bakal ganti dokter aja kalau ternyata nggak cocok *holoh-holoh, padahal periksa aja belom :D * Padahal sih, kalau diberikan sederet nama dokter yang praktek malam itu (kecuali bu dokter yang direkomendasikan) pasti saya tetep aja bingung mao pilih dokter siapa hehehe... Tapi suami saya yang selalu positive thinking, berusaha menenangkan saya yang sedkit khawatir karena dokternya itu laki-laki. "Ya mungkin memang Allah sudah menentukan kita periksanya dengan Dokter Bahar, dek..." katanya.
Akhirnya nama saya dipanggil juga. Eh tapi koq seperti ada yang aneh ya... ternyata suster itu menyebutkan nama saya yang lain. "Nyonya Ade Indra" kata suster yang berdiri di depan pintu ruang 308 itu
. Hihihi.... :"> lucu juga... baru pertama kali denger soalnya :P Dan setelah pintu ruang dokter itu saya buka, Alhamdulillah... Kalimat salam langsung menyambut saya. Pemeriksaan yang menurut saya sangat singkat itu ternyata memberi jawaban kenapa si suster tadi menjodohkan saya dnegan Dokter Bahar. Pertama, saya merasakan nuansa Islami sekali di dalam ruang dokter itu, Dokter yang Islami dan penuh kalam-kalam ilahi di setiap penjelasan dan nasihat untuk saya. Perawakannya juga mendukung, dengan rambut sedikit memutih *artinya udah tua dan berpengalaman* dan berjenggot *sama keq suami saya* Hehehe... ya paling nggak itu pendapat saya, yang membuat saya merasa nggak salah pilih dokter setelah saya (dipaksa) mengangguk-angguk saja di loket registrasi tadi.
Dan menurut Dokter Bahar, Kondisi kami berdua (saya dan cumit kecil) sama-sama sehat. Cumit saya sudah berusia 4 minggu 1 hari pada saat itu. Alhamdulillah, bahagia sekali rasanya Allah benar2 menjadikan semua itu ada... :)
Oiya, Prolog dari Dokter Bahar bahwa ibu hamil akan mengalami nafsu makan yang menurun di minggu-minggu awal dan baru pulih setelah minggu ke 20 dan mengalami mual2. Hal ini sama seperti info-info yang saya baca di artikel2, buku2 bahkan yang saya denger dari orang2. Tapi nyatanya lain, saya bener2 nafsu untuk terus makan *emang dasar tukang makan :P* dan Alhamdulillah belum mengalami mual sampai sekarang. Atau mungkin ini pengaruh dari sugesti saya yang dari awal ingin banyak makan sebelum saya mengalami mual (Setelah saya periksa lewat testpack) dan kondisi di kantor yang belum mengetahui bahwa saya sedang hamil. Ya, semoga saja terus begini biar saya dan cumit kecil ini selalu sehat wal'afiat. Amiinn...



ps : we're going to be "Abi dan Bunda", dear... :)



posted by .n.a.n.a. @ Tuesday, February 12, 2008, ,